
Terdengar suara gemuruh perut laksana petir yang
menggelagar di langit.
Teringat bahwa sejak semalam belum terpenuhi hastrat
oleh sepiring energi.
langkah kaki gontai terarah pada sebuah warung yang
tak jauh dari tempat nya beranjak..
aroma wangi segera
menggugah nafsu demi hasratnya terpenuhi.
Akhirnya Sebelum air liur nya membanjiri warung
itu,dengan sigap pemuda itu mengambil sebuah sendok untuk mngeksploitasi sumber
energi ini.
Sambil melahap ia tersedak-sedak , membuat butiran
butiraan putih menjadi terasa asin oleh
setetes demi tetes air matanya. ia terharu betapa Tuhan mencintainya, ia masih merasakan betapa besar nikmat ini.
ia teringat perjuangan ibu dan ayahnya untuk sesuap
nasi ini.
ya ia tahu benar ketika ia masih anak-anak, saat itu
adalah musim paceklik , masa tersulit bagi para petani seperti orangtua nya.
hampir tak terlihat satu butir pun gabah, di lumbung telah dipenuhi oleh rumah
laba-laba yang mengikat beberapa ekor serngga.
Ketika itu ia sangat merasa perutnya seperti
dipukul-pukul oleh tukang kayu yang sedang bekerja membuat meja,
kemudian ia
mengaduh kepada ibunya agar tukang kayu dalam perutnya diberi
makan. Dengan lembut ibunya
berkata," iy sabar ya nak , ibu beli beras dulu di pasar ya," ia lalu
menangis layaknya bayi yang baru keluar dari peraduan yang nyaman.
ibu nya yang melihat ia menagis itu pun tak terasa
air matanya meleleh membasahi pipinya yaang mulai berkerut menandakan bahwa
usianya tak muda lagi namun masih terlihat anggun dengan balutan jilbab
putihnya. pada saat itu ayahnya sedang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan ,
karena masa paceklit dan kemrau ini
membuat rumput pun tak menampakkan hijau-hijau keliarannya,
"Yaudah sekarang, alif tidur dulu aja ya, ibu
masakkan nasi dulu, nanti kalu sudah matang ibu bangunkan ya.. yuk gih
tidur" pinta ibunya sambil menyunggingnkan senyuman pada anak semata
wayangnya, muhammad alif.
Alif pun sambil mengisak isak menju kamarnya sambil
menunggangi punggung sang ibu. Dengan
halus ibunya mengusap dan beberapa kali mencium keningnya sambil
menyenandungkan syair-sair yang menyejukkan hati, dan tak terasa alif pun
terbawa ke alam mimpinya .
Saat iya terbangun, ia lihat langit terlihat
menyeramkan dengan beberapa kilatan cahaya tombak yang mengincar buruannya
disertai suara dentuman yang deras bak bom atom amerika yang membuat jepang
menyerah tanpa syarat. Kota hirosima dan nagasaki dibuat luluh lantak tak
tersisa apapun dibuatnya.
Alif lalu segera beranjak untuk mencari ibunya, dan
ia mendapati ibunya sedang membaca ayat- ayat Allah yang begitu mengetarkan
jiwa. Seperti seorang permaisuri yang tersihir oleh ketampanan seorang
pangeraan dari kerajaan di negeri dongeng. ia tak menyadari hingga alif
memegang tangannya.
sedikit terkejut oleh wajah polos anaknya itu,
dengan senyum anggunnya ," oh maaf alif tadi ibu gak tega membangunkan mu
yang sedang asik bermimpi, yuk sekarang makan dulu , itu udah ibu siapkan di meja
makan."
"iya bu, alif laper sekli, perut alif
sakit" rengek alif
"yuk makan , ibu suapin ya"
"ah enggak lah, alif makan sendiri aja , kan
udah gede.."
keduanya menuju meja makan, ibunya lagi-lagi
menitikkan air mata cinta pada anaknya, baginya tak apalah dirinya saja yang
merasakan sakitnya lapar, tapi jangan
anaknya.. tiap malam ia bermunajat dan mengadu kepada sang Kholik , sang
pencipta , sang pemberi riski, agar anaknya tidak merasakan lapar, cukuplah ia
sendiri yang merasakannya.
"Kok cuma satu piring bu? ibu gak makan?"
tanya polos alif
" iya tadi ibu sudah makan deluan waktu alif
tertidur seperti bayi" ibunya tersenyum dengan lembut sambil menggoda
alif.
" ah ibu, alif kan udah gede, " yaudah
alif makan ya.."
"ya, ingat sebelum makan , harus apa?"
"iya ibu, bismillahirrahmanirrahim, terimaksih
ya Allah" ucap alif sambl menengadahkan kedua tangannya
Melihat anaknya yang dengan lahap makan , ia sangat
senang dan rasa sukur , pujian untuk illahi tak hentinya ia ucapkan dalam hati.
“Alhamdullilah kenyangnya ibu..”
“alhamdulillah , jangan lupa bersukur dan berterimaksih
pada Allah ya, jadi alif masih bisa makan enak seperti ini.
“iya ibu, maksih ya allah”
Sampai sekarang Alif sungguh tak dapat melupakan
kejadian itu, apalagi ternyata dibalik senyum ibu nya waktu itu , tersimpan
sebuah ketegaran hati yang kuat. Seusai
makan , dan ibu nya mengajarkan ia mngaji, alif pun beranjak ke kamar untuk
melanjutkan mimpi indahnya. pagi hari sekitar pukul 4 mendekati waktu subuh, ia
terbangun, mendapati ibunya tak ada di sampingnnya, ia pun beranjak dari tempat
tidurnya untuk mencari ibunya. Saat itu ia melihat ibunya yang berbalut mukena
putih , duduk bersimpuh sambil memegang perutnya, terlihat dari belakang , alif
melihatnya menahan sakit dan terkadang terdengar suara erangan, ia melihat ibunya menangis dalam doanya, alif dengan perlahan mendekati sang ibu
“ibu, ibu, ..?” panggilnya dengan suara yang pelan
Mendengar anaknya memanggil, ia terkejut dan
cepat-cepat menghapus air mata yang keluar dari kedua mata terindah yang memancarkan ketabahan.
“Eh alif, anak ibu tersayang, ke bangun ya?”
“ Ibu kenapa nangis?”
“ gak apa2 alif, ibu gak nangis kok ,” dipeluknya
alif hingga alif merasa sedikit sakit karena eratnya pelukan ibu.
Alif sambil menyantap nasinya dii warung itu , terus
menata memorinya , mengingat begitu besar cinta dan kasih sayang seorang ibu. Setelah tumbuh menjadi seorang
pemuda yang gagah tampan, dan terlihat bijaksana yang kini ia sedang menuntut
ilmu di universitas Lampung , mengambil progam studi pendidikan kimia, ia
sangat menyukai bidang ini, bahkan bisa dibillang sudah tergila-gila oleh
zat-zat yang berbau kimia, apalagi jika
sudah di laboratorium , rasa keilmuan dan keingintahuannya untuk mencampurkan
zat-zat kimia, tak kurang lab kimia dibuatnya geger karna lebih dari tiga kali
laboratorium kimia yang letaknya satu atap dengan gedung pascasarjana itu
dibuatnya meledak dan hampir saja satu lab itu hangus terbakar.
Ia menyelessikan makannya, dan ia merasa energi
besar mengalir begitu hebatnya di setiap aliran darahnya. Ia tak lupa berdoa
setelah memakan riski dari Allah yang diberikan padanya seperti yang ibu nya selalu ajarkan kepadanya. Ia tak akan pernah
melupakan setiap nasiat-nasihat ibu nya. Tak pernah.
Ia tersadar saat
ibunya rela menahan sakitnya rasa lapar demi dirinya, saat ia makan di
depan ibunnya dengan lahapnya di mana ibu nya selalu tesenyum padanya setiap
kali ia makan.
Lagi-lagi hatinya bergetar mengingat sayangnya ibu
padanya. Hatinya hanyut , basah, hingga meneskan air mata . Ia sangat
merindukan ibunya. Ingin rasanya sekarang ia cepat-cepat pulang ke kampung
halaman memeluk ibu. Mencuci kakinya dengan air hangat sebagai tanda bakti dan
sayang pada wanita yang dengan sabar dan cinta menjaganya selama 9 bulan di
dalam rahimnya. Dengan penuh kelembutan mengajrkannya bicara, berjalan hingga
sampai sekarang rasa cinta ibunya begitu besar. Yang tak mungkin ia dapat
membalasnya.
Kemudian ia kembali teringat akan pecahan memori
yang sungguh membuatnya menangis sepanjang malam, tak hanya itu ibu nya begitu
sedih bahkan jatuh tak sadarkan diri ketika dua orang polisi datang kerumahnya
disertai dengan sebuah mobil berwarna putih
dari rumah sakit bertuliskan mobil jenazah..
Bersambung........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar